Judul: Kita yang Tak Sempat Jadi

Di sebuah malam yang berawan, aku dan teman-temanku ngumpul di rumah Miko. Tentu saja, agenda utama malam itu adalah bermain slot gacor, yang kabarnya punya banyak scatter hitam dari provider terbaik, Pragmatic. Kabar burung bilang, kalau main slot ini bisa bikin jackpot terus! Siapa sih yang nggak tertarik?

Saat kami semua udah siap, Miko bilang, “Ayo, kita coba cari hoki di slot gacor ini! Siapa tahu bisa jadi kaya mendadak!” Semua langsung setuju, semangatnya tinggi banget. Sambil menyalakan laptop dan mengatur semua, aku sempat memikirkan tentang kamu. Kita berdua pernah bikin rencana untuk main bareng slot gacor ini, tapi kamu selalu punya alasan tidak bisa. Kenapa sih, kita jadi begini?

Sinergi malam itu luar biasa. Suara kerincingan dari slot gacor bikin suasana makin seru. Teman-teman teriak setiap kali scatter hitam muncul di layar. “Woy, jackpot! Jackpot!” teriak Dika, sambil melompat-lompat kegirangan. Rasanya, kami lebih dekat dari sebelumnya. Semua gelak tawa dan semangat itu membuatku untuk beberapa saat melupakan kamu yang kini cuma jadi bayangan.

“Sini, mau coba main bareng?” Miko nawarin. Ia duduk di sampingku, mengajarkan teknik-teknik nge-spin yang bikin slot gacor lebih maksimal. “Yang penting sabar, guys. Coba perhatiin scatter hitam di sini. Begitu muncul tiga kali, jackpot pasti nyusul!” katanya sambil tunjuk layar. Semakin seru, semakin lupa sama semua masalah. Namun, meski bisingnya riuh suasana, hatiku masih teringat sama kamu.

“Eh, ingat nggak waktu kita suka main bareng di kafe? Sambil santai, terus sambil ngelihat slot gacor?” tanyaku nostalgis. Semua sepakat, itu momen-momen yang sulit dilupakan. Lihat sekarang, kita berdua jadi jauh. Rasanya aneh banget, ngeliat teman-temanku main dan ketawa, sementara kamu seakan jadi cerita yang hilang.

Satu per satu teman-teman mulai mencapai jackpot, teriak-teriak gembira. Aku masih berusaha untuk fokus. Beberapa kali scatter hitam muncul, tetapi keberuntungan belum berpihak padaku. Namun, auranya tetap bikin aku semangat. “C’mon, kotak berisi kekayaan! Tunjukkan scatter hitammu, ya!” teriakku dalam hati.

Malam itu berlanjut, dan saat adrenalin semakin memuncak, tiba-tiba muncul sebuah video call yang bikin semua terdiam. Itu adalah kamu. Awalnya, aku ragu untuk menjawab, takut suasana ceria ini terganggu. Tapi, dorongan rasa kangen membuatku mengambil handphone dan menjawabnya.

“Halo?” suaraku sedikit bergetar. Kamu tersenyum, namun aku bisa merasakan ada jarak di antara kita yang makin lebar. “Hey, lagi sibuk apa?” tanyamu penuh rasa ingin tahu, sementara di latar belakang terdengar teriakan teman-temanku yang merayakan kemenangan.

Satu detik terasa begitu lama. “Lagi main slot gacor, kamu tahu kan? Scatter hitam pragmatic -nya lagi muncul-muncul terus!” jawabku, berusaha terdengar santai. Kamu tertawa kecil dan aku merindukan tawa itu. Tapi, sebelum lamunan semakin jauh, kamu bilang, “Kepikiran kita juga, ya? Mungkin lain kali kita bisa main bareng lagi.”

“Maybe.”

Malam itu berakhir penuh canda tawa, tapi di dalam hatiku, ada rasa yang tak terucap. Aku melihat kamu dan merasa seakan ada harapan yang masih tersisa, meski kita jadi berjalan di jalan yang seakan terpisah. Cita-cita buat kita yang tak sempat jadi itu pun semakin mendesak, seakan menunggu momen tepat untuk kembali.

Saat game selesai, semua bertepuk tangan, merayakan hasil malam itu. Dan aku, kembali terlintas harap untuk suatu saat nanti bisa merayakan jackpot bareng kamu di slot gacor yang sama.

You Might Also Like